Blood Promise ~ Read & Download Bahasa Indonesia ~ Prolog

by - 12:35 PM

S AAT AKU DUDUK di kelas sembilan, aku harus menulis sebuah laporan mengenai sebuah puisi. Satu dari barisnya berbunyi, “Jika matamu tidak terbuka, kau tidak akan pernah tahu bedanya bermimpi dan bangun.” Puisi ini sama sekali tidak berarti apa-apa bagiku saat itu. Apalagi, ada seorang cowok yang aku suka di kelas, jadi bagaimana mungkin aku bisa berharap untuk bisa memperhatikan pelajaran analisis sastra? Sekarang, tiga tahun kemudian, aku sangat memahami apa maksud puisi itu sebenarnya.

Sebab akhirnya, kehidupanku benar-benar terlihat seperti berada di tepian curam mimpi. Ada beberapa hari dimana aku merasa aku sudah terbangun dan menemukan kalau apa yang baru saja terjadi dalam hidupku tidak benar-benar terjadi. Pastinya aku adalah seorang putri dalam tidur yang mempesona. Beberapa hari kemudian, mimpi ini – bukan, mimpi buruk – akan berakhir, dan aku akan mendapatkan pangeranku hingga mendapatkan akhir yang bahagia.

Tapi tidak ada akhir yang bahagia yang bisa ditemukan, paling tidak, tidak ada pada masa depan yang sudah bisa ditebak. Dan pangeranku? Sebenarnya, ceritanya panjang. Pangeranku sudah berubah menjadi vampir – seorang Strigoi secara spesifik. dalam duniaku, ada dua jenis vampir yang tinggal dalam kerahasiaan dari manusia. Moroi adalah vampir yang hidup, vampir baik yang mempunyai sihir elemen dan tidak membunuh ketika meminum darah yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Strigoi adalah vampir kekal, abadi, dan tidak berperasaan, yang membunuh siapa saja yang menjadi mangsa mereka. Moroi terlahir, Strigoi dibuat – dipaksa atau keinginan sendiri – melalui jalan setan.

Dan Dimitri, pria yang aku cintai, telah dirubah menjadi Strigoi dengan paksaan. Dia dirubah ketika pertarungan terjadi, sebuah misi penyelamatan dimana aku juga menjadi salah satu bagian di dalamnya. Strigoi menculik Moroi dan dhampir dari sekolahku, dan kami dijebak untuk menyelamatkan mereka. Dhampir adalah makhluk setengah vampir-setengah manusia – diberkahi dengan kekuatan dan daya tahan tubuh manusia, dan gerak refleks dan indra yang tajam dari Moroi. Dhampir dilatih untuk menjadi pengawal, pengawal eksklusif untuk melindungi Moroi. Itulah aku. Itulah Dimitri sebelumnya.

Setelah perubahannya, Moroi yang tersisa menganggapnya sudah mati. Dan untuk keberadaannya, memang begitu adanya. Siapapun yang berubah menjadi Strigoi akan kehilangan semua rasa kebaikan dan kehidupan yang pernah ia miliki sebelumnya. Meskipun jika mereka berubah karena keinginan mereka sendiri, tidak akan berpengaruh. Mereka akan tetap menjadi setan dan kejam, seperti Strigoi seharusnya. Seseorang dalam diri itu sudah tidak ada lagi, dan sejujurnya, lebih mudah membayangkan mereka pindah ke surga atau ke kehidupan selanjutnya dari pada membayangkan mereka mengendap-endap di malam hari untuk mengambil korban. Tapi aku tidak bisa melupakan Dimitri, atau menerima bahwa esensi kehidupannya sudah mati. Dia adalah pria yang aku cintai, seseorang yang dengannya begitu seirama denganku sehingga sangat sulit untuk mengetahui kapan aku memulai dan kapan dia mengakhiri. Hatiku menolak untuk merelakan kepergiannya – meski secara teknis dia sudah menjadi monster, dia masih ada disuatu tempat di luar sana. Aku juga tidak bisa melupakan percakapan yang pernah kami lakukan berdua. Kami berdua setuju kalau kami lebih baik mati – benar-benar mati – daripada berjalan di dunia sebagai Strigoi. Dan sekali aku berduka cita untuk kebaikan yang hilang dari dalam dirinya, aku sudah memutuskan kalau aku harus menghargai keinginannya. Meski jika dia tidak mempercayai kata-kata itu lagi. aku harus menemukannya. Aku harus membunuhnya dan membebaskan jiwanya dari kegelapan, kehidupan yang tidak alami. Aku tahu bahwa itulah yang Dimitri yang aku cintai inginkan. Membunuh Strigoi tidaklah mudah. Mereka sangat cepat dan kuat. Mereka tidak memiliki rasa belas kasihan. Aku sudah membunuh beberapa dari mereka – sangat gila untuk seseorang yang baru berusia delapan belas tahun. Dan aku tahu berhadapan dengan Dimitri akan menjadi tantangan terbaikku, secara fisik maupun emosi.

Faktanya, konsekuensi emosi sudah kutendang secepat mungkin saat aku memutuskan tindakannku. Mengejar Dimitri berarti melakukan beberapa hal yang bisa merubah kehidupan ( dan bahkan tidak dihitung dengan fakta kalau bertarung melawan Dimitri bisa saja seperti menghasilkan kegagalan dalam hidupku). Aku masih sekolah, hanya beberapa bulan sebelum aku lulus dan menjadi pengawal sesungguhnya. Setiap hari aku terjebak di Akademi St. Vladimir – sekolah terpencil dan terlindungi untuk kaum Moroi dan dhampir – yang berarti satu hari lagi yang berlalu dengan Dimitri yang masih berada di luar sana, hidup dalam pola hidup yang tidak ia inginkan. Aku sangat mencintainya sehingga membiarkannya. Jadi aku harus meninggalkan sekolah secepatnya dan keluar diantara para manusia, menyerahkan kehidupanku disaat hidupku hampir mendapatkan tujuan sepenuhnya. Meninggalkan juga berarti menyerahkan sesuatu yang lain – atau lebih, seseorang ; sahabatku, Lissa, yang juga dikenal sebagai Vasilisa Dragomir. Lissa adalah Moroi, yang terkahir dari garis keturunan kebangsawanannya. Aku sudah dipersiapkan untuk menjadi pengawalnya setelah kami lulus, dan keputusanku untuk memburu Dimitri benar-benar menghancurkan masa depanku dengan Lissa. Aku tidak punya pilihan lain selain meninggalkannya.

Selain persahabatan kami, Lissa dan aku memiliki koneksi yang unik. Setiap Moroi masing-masing memiliki spesialisasi sihir elemen – tanah, udara, air, atau api. Hingga selanjutnya, kami mempercayai kalau hanya ada empat elemen. Sampai kemudian kami menemukan elemen kelima: roh.

Itulah elemen Lissa, dan dengan beberapa pengguna roh di dunia ini, kami berusaha keras mencari tahu mengenai semua ini. Untuk bagian terbanyak, seperti terikat terhadap suatu energi. Lissa memiliki kekuatan kompulsi yang mengaggumkan – kemampuan untuk memaksakan kehendaknya terhadap hampir semua orang. Dia juga bisa menyembuhkan, dan disitulah dimana sesuatu yang aneh terjadi diantara kami. Kau lihat, aku secara teknis sudah meninggal dalam kecelakaan mobil yang membunuh keluarganya. Lissa sudah membawaku kembali dari dunia kematian tanpa ia sadari, membentuk ikatan terhadap diantara kami berdua. Aku bisa merasakan apa yang ia pikirkan dan merasakan ketika ia dalam masalah. Kami juga baru-baru saja mengetahui kalau aku bisa melihat hantu dan roh yang belum meninggalkan dunia ini, sesuatu yang tidak ingin aku pikirkan dan kuperjuangkan untuk kuhalangi. Seluruh fenomena ini disebut sebagai dicium bayangan.

Ikatan dicium bayangan kami membuatku menjadi pilihan ideal untuk menjaga Lissa, sejak aku bisa tahu kapan saja saat Lissa dalam masalah. Aku berjanji melindunginya dengan seluruh hidupku, tapi kemudian Dimitri – Dimitri yang tinggi, tampan, dan kuat – merubah segalanya. Aku berhadapan dengan pilihan yang sulit: melanjutkan kehidupanku dengan melindungi Lissa atau membebaskan jiwa Dimitri. Memilih diantara mereka berdua menghancurkan hatiku, meninggalkan rasa nyeri di dadaku dan air mata. Kebersamaanku dengan Lissa akan menjadi sangat menyakitkan. Kami sudah menjadi sahabat sejak taman kanak-kanak, dan keberangkatanku adalah pukulan bagi kami berdua. Adilnya, dia tidak pernah tahu akan hal ini. Aku menyimpan kisah cintaku dengan Dimitri sebagai rahasia. Dimitri adalah Instrukturku, tujuh tahun lebih tua dariku, dan ditugaskan sebagai pengawal Lissa juga. Seperti yang sudah seharusnya, kami sudah berusaha untuk melawan ketertarikan diantara kami, menyadari kalau kami harus fokus terhadap Lissa daripada hal yang lain dan kami juga akan mendapatkan banyak maslah dengan hubungan guru-murid ini.

Tapi menjauhi Dimitri – meski aku juga sudah menyetujuinya – membuatku membangun dendam tak terkatakan terhadap Lissa. Aku mungkin seharusnya mengatakan semua ini kepada Lissa dan menjelaskan rasa frustasiku mengenai rencana kehidupanku. Terkadang , semua ini tidak terlihat adil, ketika Lissa bebas hidup dan mencintai kapanpun ia mau, sedang aku harus selalu mengorbankan kebahagiaanku sendiri untuk memastikan dia aman. Dia sahabatku, dan aku tidak bisa mempertimbangkan pikiran yang bisa menyakitinya. Lissa sangat labil karena menggunakan sihir roh bisa membuatnya memunculkan sisi negatif yang bisa membuatnya gila. Jadi aku tetap menahan pikiranku hingga akhirnya mereka meledak, dan aku meninggalkan Akademi – dan Lissa – tinggal untuk kebaikannya.

Satu dari hantu yang aku lihat – Mason, seorang teman yang terbunuh karena Strigoi – mengatakan padaku kalau Dimitri sudah kembali ke kampung halamannya: Siberia. Jiwa Mason sudah menemukan kedamaian dan meninggalkan dunia ini setelah kejadian itu, tanpa memberikan padaku pertanda apapun di Siberia bagian mana Dimitri berada. Jadi aku harus memikirkannya secara buta, memberanikan diri ke dalam dunia manusia dan bahasa yang tidak kukenal untuk memenuhi janji yang kubuat dengan diriku sendiri.

Setelah beberapa minggu sendirian, aku akhirnya berada di St. Petersburg. Masih mencari, masih menggelepar – memutuskan untuk menemukannya, meski aku ketakutan disaat yang sama. Sebab jika aku benar-benar menjalankan rencana gila ini, jika aku benar-benar membunuh pria yang aku cintai, ini berarti Dimitri benar-benar akan menghilang dari dunia ini. dan sejujurnya aku tidak yakin untuk tetap hidup dalam dunia tanpa dirinya.

Tidak satupun dari semua ini terlihat nyata. Siapa yang tahu? Mungkin tidak. Mungkin ini sebenarnya pernah terjadi pada orang lain. Mungkin ini hanyalah sesuatu yang aku bayangkan. Mungkin aku akan segera bangun dan menemukan segalanya tenta Lissa dan Dimitri baik-baik saja. Kami semua bersama-sama, dan dia ada disana memelukku dan mengatakan kalau segalanya akan baik-baik saja. Mungkin semua ini hanyalah sebuah mimpi belaka.

Tapi kurasa tidak.
::Download this e book at my Library ::

You May Also Like

0 komentar